“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah,yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebijakan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah : 183-184)
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah,yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebijakan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah : 183-184)
Puasa, sebagaimana firman Allah, telah ditentukan jumlah harinya. Bahkan ditentukan jumlah hitungan jamnya. Bulan Ramadhan jumlah jamnya 720 jam, atau 696 jam, dan di setiap menit dari bulan ini memiliki harga dan nilai. Kaum Salaf dan para Shahabat – semoga ridho Allah atas mereka – selalu menantikan hari-hari di bulan di Ramadhan dari tahun ke tahun, sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadist bahwa para Shahabat berkata, ketika datang bulan Rajab, “Ya Allah, tolonglahkami agar dapat beribadah kepada-Mu di bulan Rajab dan Sya’ban, dan ijinkan kami untuk bertemu Ramadhan”.
Karena Ramadhan adalah kesempatan tahunan untuk membersihkan jiwa, semangat dan badan, maka pengaruhnya pada semangat manusia dan badan tidak sebesar pada jiwa. Aktifitas ibadah dari jiwa banyak jumlahnya, dan sebanyak badan menerima bagian penderitaan dalam menjalani ibadah ini, badan akan menerima bagian dari cahaya. Inilah mengapa jihad menjadi puncak tertinggi Islam,karena jihad paling tinggi penderitaannya dan aktifitas ibadah yang paling sulit untuk dilaksanakan. Balasannya paling besar, pengaruhnya bagi jiwa paling dalam dan hasilnya dalam membangun jiwa dan meningkatkan tauhid sangat besar.
Oleh karena itu ada aktifitas-aktifitas ibadah yang berhubungan dengan harta benda seseorang. Akan tetapi efek iadah ini bagi jiwa leibh kecil dibanding ibadah yang berhubungan/dilakukan dengan tubuh seseorang. Jadi, zakat memiliki efek yang dalam pada jiwa, karena zakat membersihkan jiwa dari sifat tamak. Seseorang tidak dapat sungguh-sungguh merasa simpati kepada fakir miskin, jika tidak merasakan sendiri penderitaan mereka, hidup sebagaimana mereka hidup dan merasakan kelaparan sebagaimana mereka kelaparan. Jika anda merasa kelaparan, kemudian tubuh anda merasa menjadi lebih kuat dan lebih mampu bertahan, maka pada saat itu, anda akan mersakan kebahagiaan, karena dapat mengorbankan sesuatu dan menyucikan diri anda dari sifat tamak.
Demikian juga dengan jihad. Jihad dengan harta benda seseorang tidak menyucikan jiwa seseorang sebesar jika jihad itu dilakukan langsung oleh orang tersebut. Oleh karena itu, Islam tidak membebaskan beberapa shahabat dari kewajiban jihad secara ikut terjun langsung ke medan jihad, tidak peduli apapun posisinya dalam masyarakat, dan tidak peduli sebagus apapun reputasinya, seperti dalam kasus Utsman bin Affan r.a.
Kaum Salaf – Semoga ridho Allah atas mereka – akan memperhitungkan Ramadhan hingga hitungan menit. Mereka akan shalat dibelakang Ubayy bin Ka’ab dan Umar bin Khathab untuk shalat tarawih di belakangnya – dan mereka akan membutuhkan tongkat untuk menopang tubuh mereka, karena terlalu lama berdiri dalam shalat, dan para shahabat akan berkata, “Kami khawatir akan ketinggalan sahur, karena shalat di belakang Ubayy dan kami khawatir waktu fajar akan datang, yang menyebabkan kami ketinggalan Makan yang berkah – mereka menyebut sahur sebagai makanan yang berkah-jadi, birlah putra-putri kita sibuk mempersiapkan makanan ini”.
Diriwayatkan dari beberapa Tabi’in, dan yang datang setelah mereka, yagn berkaitan dengan shalat dan Al-Qur’an,bahwa beberapa dari mereka mengkhatamkkan membaca Al-Qur’an 60 kali di bulan Ramadhan dan ini khususnya diriwayatkan berkaitan dengan Imam Syafi’i, beliau mengkhatamkan Al-Qur’an sekali di waktu siang dan sekali di waktu malam. Beberapa yang lain mengkhatamkan Al-Qur’an sekali dalam waktu sehari semalam, dan yang lain khatam tiapt tiga hari sekali,hingga memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, di mana mereka akan ber-I’tikaf di masjid, mengkhatamkan bacaan sekali sehari.
Untuk mengkhatamkan bacaan Al-Qur’an sehari sekali adalahmudah, jika kita meneguhkan niat untuk membaca Al-Qur’an secara perlahan (tartil) akan memakan waktu sekitar 24 jam, dan jika dibaca lebih cepat akan memakan waktu sekitar 10 jam. Menjadi mungkin bagi mereka yang hafal Al-Qur’an untuk membaca satu juz dalam 20 menit, sehingga memungkinkannya mengkhatam 30 juz dalam sepuluh jam. Saya diberi tahu leh Abu Hasan Ali Nadwi: “Saya telah melihat guru saya, dan beberapa diantara mereka tidak berbicara sama sekali selama bulan Ramadhan. Mereka hanya terkait dengan aktifitas ibadah, baik shalat mapun al-Qur’an. Jika seseorang megnajak berbicara mereka, mereka akan menghitung kata-kata mereka dan memperhitungkannya dalam hitungan menit dan detik”. Oleh karena itu, kaum Salaf, seperti Imam Malik akan ber-I’tikaf hingga waktu mengajar, seraya berkata, “Sesungguhnya Ramadhan itu untuk shalat dan membaca al-Qur’an”.
Di bulan Ramadhan, pintu-pintu suga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dirantai. Ini sesuatu yagn sungguh terjadi, sebagaimana salah seorang yang dapat dipercaya telah melakukan kontak dengan jin-yang kemudian disesalinya – memberitahu temannya, “Ketika salah seorang bertanya kepada jin yang temannya itu ingin mendengar beberapa berita, mereka (jin) berkata : “Kami tidak aktif di bulan Ramadhan”. Sebelumnya berpikir bahwa mereka jin yang beriman, sehingga merek shalat dan berpuasa dengan saya. Akan tetapi, setelah mendengar jawaban mereka saya sadar bahwa mereka setan/iblis (jin kafir). Jadi, hal ini adalah sesuatu yang bersifat fisikal, bukan metaforik atau kiasan. Setan-setan dirantai dan mereka tida bisa bergerak bebas dan menggoda manusia. Jin-jin besar atau pemimpin jin kecil diperbolehkan berkeliaran.
Ramadhan adalah bulan jihad, Abdullah 'Azzam menasehati orang-orang mukmin untuk tidak meninggalkan satu haripun selama Ramadhan. Seperti cerita Abdullah Azzam yang waktu itu berada di Qatar, atau Emirates, dan diberitahu : “Saudara-saudara kita di Amerika memanggil, menanyakan apakah anda bisa pergi ke sana dan menghabiskan sepuluh hari terakhir Ramadhan bersama mereka?” Abdullah Azzam menjawab : “Subhanallah! Saya menghabiskan sepuluh hari terakhir Ramadhan dan meninggalkan Jalalabad, Qandahar dan Kabul meletus? Satu jam di tempat-tempat tersebut lebih baik dari pada berdiri shalat selama 60 tahun, dan kenapa saya pergi dan memasuki Amerika, bahkan di bulan Ramadhan?”
Hadist Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam, “Ribat sehari di jalan Allah adalah lebih baik dari pada seribu hari ditempat lain, bhkan meskipun seseorang (yang tidak ribat) itu puasa di waktu siang dan shalat sepanjang malam”. (Diriwayatkan olehTirmidzi dan An-Nasa’i). Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam mengalami peperangan yang dahsyat di bulan suci Ramadhan. Jadi di bulan Ramadhan, jihad memiliki arti yang sangat penting, yang sesungguhnya meningkatkan ujian keimanan bagi seorang mukmin, sebagaimana sudah dicontohkan oleh beliau.
Jangan terjaga hingga larut selama Ramadhan, karena Ramadhan adalah waktu untu shalat, puasa, dan memohon ampunan Allah di jam-jam di waktu pagi. Berbuka puasalah di rumah anda dengan kurma dan air, atau di masjid dan sediakanlah kurma dan air di masjid bagi mereka yagn mungkin berbuka di tempat yang mulia itu. Ada berita bahagia bagi mereka yang menyediakan makanan untuk orang yang berbuka puasa:
“Barangsiapa menyediakan makanan bagi orang yang berbuka puasa, mereka akan mendapat pahala yang sama dengan orang yang berpuasa, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut.” Meskipun, cuma sebutir kurma. Jadi berlomba-lombalah meraih pahala ini. Berbuka puasalah di masjid, kemudian shalat maghrib. Pulang ke rumah, makan sebanyak yang Allah inginkan untuk dimakan, segtelah itu membaca istighfar sambil menunggu waktu shalat isya’. Setelah itu shaslat isya’ dan tarawih di masjid, kemudian pulang ke rumah. Makan sahur dan istimewakan saat tersebut. Sebagai tambahan, sahur adalah makanan yang berkah. Waktu yang palinhg baik untuk membaca istighfar adalah pada jam-jam pergtama di a wal pagi (fajar).
Jadi setelah makan sahur, segeralah berwulu dan laksanakan beberapa rakaat shalat tahajud, dan dekatkanlah diri anda kepada Allah Pemilik Kejayaan : Allah menunddukan surga pada posisi terendah pada se pertiga malam terakhir, Allah Ta’ala bertanya : “Barangsiapa memanggil-Ku, maka Aku menjawabnya, Barangsiapa meminta kepada-Ku, maka aku kabulkan, Barangsiapa memohon ampunan-Ku, maka Aku ampuni’. Semoga Allah Rabbul mengabulkan permohonan kaum muslimin dihapuskan dosa-dosa yang pernah diperbuatnya. Kembali suci dan bersih laksana kertas putih, di hari raya ‘Idul Fitri’, nanti. Wallahu’alam. dari kisah jihad abdullah azzam.
salam_sitijamilahamdi
Oleh: Mashadi
0 komentar
Posting Komentar