Beberapa waktu ini sedang gencar pemberitaan tentang ibu Musdah Mulia [yang tidak mulia] seorang tokoh liberalisme Indonesia yang mempropagandakan paham sesat liberalisme. Bagi sementara orang awam yang [maaf] sok modern, mengira bahwa paham itu benar adanya, karena dibalut manis dengan ayat-ayat Qur'an. Seakan-akan kita diajak untuk berpikir dan merenungi ayat-ayat Allah tersebut. Belakangan kita digiring dengan pemahaman yang sesat super sesat dan menyesatkan.
Dari berbagai aliran sipilis; sekuler, pluralisme dan liberalisme, yang paling berbahaya adalah Islam Liberal. Dengan Pluralisme yang menyatakan semua agama benar, mereka sudah merusak aqidah Islam sebagai satu-satunya agama di sisi Allah. Dengan Sekularisme, mereka menolak hukum-hukum Allah/Syari’at Islam. Sebagai gantinya mereka memakai hukum sekuler buatan kaum Yahudi dan Nasrani. Dengan Liberalisme, mereka putar-balikkan arti ayat-ayat Al Qur’an sesuai hawa nafsu mereka. Padahal cara mentafsirkan Al Qur’an yang benar adalah dengan memakai ayat-ayat Al Qur’an lain dan Hadits-hadits yang sahih sebagai penjelas. Kaum Liberal ini menyusup ke berbagai ormas Islam seperti NU, Muhammadiyah, IAIN, dsb
Jika kita cuma ngobrol masalah dunia, kita tidak akan tahu kalau mereka Islam Liberal. Kita bisa ketawa-ketiwi dengan mereka. Tapi saat diskusi masalah aqidah seperti Islam adalah satu-satunya agama yang diridhoi Allah, ummat Islam harus menegakkan hukum Allah, Islam Liberal dan Ahmadiyah sesat, pornografi/perzinahan haram, baru mulai terkuak beda antara ummat Islam yang lurus dengan kaum Liberal.
Kaum Liberal ini mirip dengan kaum munafik yang digambarkan Allah:
“Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian,” pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.” [Al Baqarah 8-9]
Fatwa MUI tentang Pluralisme, Liberalisme dan Sekularisme Agama
Oleh: Majelis Ulama Indonesia
MUSYAWARAH NASIONAL VII
MAJELIS ULAMA INDONESIA TAHUN 2005
KEPUTUSAN FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Nomor: 7/MUNAS VII/MUI/11/2005
Tentang
PLURALISME, LIBERALISME DAN SEKULARISME AGAMA
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam Musyawarah Nasional MUI VII, pada 19-22 Jumadil-Akhir 1426 H / 26-29 Juli 2005 M;
MENIMBANG:
1. Bahwa pada akhir-akhir ini berkembang paham pluralisme, liberalisme dan sekularisme agama serta paham-paham sejenis lainnya di kalangan masyarakat;
2. Bahwa berkembangnya paham pluralisme, liberalisme dan sekularisme agama di kalangan masyarakat telah menimbulkan keresahan sehingga sebagian masyarakat meminta MUI untuk menetapkan fatwa tentang masalah tersebut;
3. Bahwa oleh karena itu, MUI memandang perlu menetapkan fatwa tentang paham pluralisme, liberalisme, dan sekularisme agama tersebut untuk dijadikan pedoman oleh umat Islam.
MENGINGAT:
1. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran [3] : 85)“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam…” (QS. Ali Imran [3] : 19)
“Untukmulah agamamu, dan untukkulah, agamaku.” (QS. al-Kafirun [109] : 6)
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. al-Ahzab [33] : 36)
“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. al-Mumtahinah [60] : 8-9)
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. al-Qashash [28] : 77)
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (QS. al-An’am [6] : 116)
“Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.” (QS. al-Mukminun [23] : 71)
2. Hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
1. Imam Muslim (wafat 262 H) dalam kitabnya Shahih Muslim, meriwayatkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:“Demi Dzat yang menguasai jiwa Muhammad, tidak ada seorang pun baik Yahudi maupun Nasrani yang mendengar tentang diriku dari umat Islam ini, kemudian ia mati dan tidak beriman terhadap ajaran yang aku bawa, kecuali ia akan menjadi penghuni neraka.” (HR. Muslim)
2. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirimkan surat-surat dakwah kepada orang-orang non-Muslim, antara lain Kaisar Heraklius, Raja Romawi yang beragama Nasrani, al-Najasyi raja Abesenia yang beragama Nasrani dan Kisra Persia yang beragama Majusi, dimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajak mereka untuk masuk Islam. (Riwayat Ibnu Sa’d dalam al-Thabaqat al-Kubra dan Imam al-Bukhari dalam Shahih al-Bukhari)
3. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan pergaulan sosial secara baik dengan komunitas-komunitas non-Muslim seperti komunitas Yahudi yang tinggal di Khaibar dan Nasrani yang tinggal di Najran; bahkan salah seorang mertua Nabi yang bernama Huyay bin Ahthab adalah tokoh Yahudi Bani Quraidzah (Sayyid Bani Quraidzah). (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)
MEMPERHATIKAN:
Pendapat Sidang Komisi C Bidang Fatwa pada Munas VII MUI 2005.
Dengan bertawakkal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
MEMUTUSKAN:
MENETAPKAN: FATWA TENTANG PLURALISME, LIBERALISME, DAN SEKULARISME AGAMA
Pertama: Ketentuan Umum
Dalam fatwa ini, yang dimaksud dengan:
1. Pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme agama juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup berdampingan di surga.
2. Pluralitas agama adalah sebuah kenyataan bahwa di negara atau daerah tertentu terdapat berbagai pemeluk agama yang hidup secara berdampingan.
3. Liberalisme agama adalah memahami nash-nash agama (al-Qur’an & Sunnah) dengan menggunakan akal pikiran yang bebas; dan hanya menerima doktrin-doktrin agama yang sesuai dengan akal pikiran semata.
4. Sekularisme agama adalah memisahkan urusan dunia dari agama; agama hanya digunakan untuk mengatur hubungan pribadi dengan Tuhan, sedangkan hubungan sesama manusia diatur hanya dengan berdasarkan kesepakatan sosial.
Kedua: Ketentuan Hukum
1. Pluralisme, Sekularisme dan Liberalisme agama sebagaimana dimaksud pada bagian pertama adalah paham yang bertentangan dengan ajaran agama Islam.
2. Umat Islam haram mengikuti paham Pluralisme, Sekularisme dan Liberalisme Agama.
3. Dalam masalah aqidah dan ibadah, umat Islam wajib bersikap eksklusif, dalam arti haram mencampur-adukkan aqidah dan ibadah umat Islam dengan aqidah dan ibadah pemeluk agama lain.
4. Bagi masyarakat Muslim yang tinggal bersama pemeluk agama lain (pluralitas agama), dalam masalah sosial yang tidak berkaitan dengan aqidah dan ibadah, umat Islam bersikap inklusif, dalam arti tetap melakukan pergaulan sosial dengan pemeluk agama lain sepanjang tidak saling merugikan.
Ditetapkan di: Jakarta
Pada tanggal: 21 Jumadil-Akhir 1426 H
28 J u l i 2005 M
MUSYAWARAH NASIONAL VII
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Pimpinan Sidang Komisi C Bidang Fatwa
Ketua, Sekretaris,
Ttd, Ttd,
K.H. MA’RUF AMIN Drs.H. HASANUDIN, M.Ag
Pimpinan Sidang Pleno
Ketua, Sekretaris,
Ttd, Ttd,
Prof. Dr. H. UMAR SHIHAB Prof. Dr. H.M. DIN SYAMSUDDIN
Wihdatl Adyan menyatakan semua agama itu satu atau sama benarnya, dengan alasan, sesungguhnya Tuhan yang kita puja itu satu adanya. Mereka sering memakai ayat di bawah sebagai argumennya:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” [Al Baqarah 62]
Kelompok Liberal dalam menafsirkan ayat sesuai hawa nafsunya dan sepotong-sepotong. Mereka tidak memperhatikan ayat-ayat Al Qur’an lain yang memberi penjelasan apalagi hadits-hadits. Mereka tafsirkan bahwa orang Yahudi dan Nasrani yang tidak mempercayai Al Qur’an sebagai firman Allah dan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah adalah benar dan masuk surga.
Padahal dari ayat itu saja sudah ada kondisi/persyaratan: “BERIMAN KEPADA ALLAH.” Jika beriman kepada Allah, tentu mereka beriman kepada Al Qur’an yang merupakan firman/wahyu Allah:
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun. ” [Az Zumar 23]
Sebelum Al Qur’an dan kitab-kitab suci lain diturunkan, benarlah kaum Shabi-in yang beriman kepada Allah masuk surga. Namun begitu Allah menurunkan kitab Taurat sebagai wahyunya, wajib mereka beriman kepada (wahyu) Allah.
Kaum Yahudi juga jika beriman kepada Allah masuk surga. Namun saat Allah menurunkan kitab Injil kepada Nabi Isya, wajib mereka beriman kepada kitab Injil dan mengikuti Nabi Isya. Jika ingkar, mereka sama dengan kafir kepada Allah.
Saat Allah menurunkan Al Qur’an kepada utusanNya, Nabi Muhammad SAW, wajiblah kaum Yahudi dan Nasrani beriman kepada (wahyu) Allah dan utusanNya. Jika tidak, mereka kafir kepada Allah. Itulah makna ayat tersebut yang dipelintir oleh kaum Liberal dalam tafsirnya.
Alasan itu meski benar, tapi salah kesimpulannya. Benar Tuhan itu satu. Dalam Al Qur’an, surat Al Ikhlas ayat 1 juga dinyatakan: “Qul huwallahu ahad” (Katakanlah Allah itu satu). Yang jadi masalah adalah, masing-masing agama itu menyembah Tuhan yang berbeda.
Islam menyembah satu Tuhan semata, yaitu Allah.
Dalam surat Al Ikhlas ditegaskan:
“Katakanlah: Allah (Tuhan) itu esa
Allah tempat bergantung
Tidak beranak dan diperanakkan
Dan tak satupun yang setara dengannya” [Al Ikhlas 1-4]
Adakah agama lain hanya menyembah Allah sebagai satu-satunya Tuhan atau justru mereka menyembah Tuhan yang lain (misalnya matahari atau manusia) atau bahkan menyembah lebih dari satu Tuhan?
Ada agama yang menyembah Matahari sebagai Tuhan, ada juga yang menyembah tiga oknum Tuhan sebagaimana Agama Kristen yang menyembah Tuhan Bapa, Tuhan Anak (Yesus), dan Roh Kudus. Adakah agama-agama ini sama dengan agama Islam? Adakah Tuhan yang mereka sembah sama dengan Tuhan yang disembah oleh ummat Islam? Beda bukan? Itulah kekeliruan kelompok Islam Liberal yang berusaha mempropagandakan paham “Wihdatul Adyan” di situs mereka.
Kelompok Islam Liberal berusaha mempropagandakan bahwa semua agama itu sama dan benar, termasuk ajaran Kristen, padahal Allah sendiri dalam Al Qur’an menegur perbuatan Ahli Kitab/Kristen yang memper-Tuhankan Yesus sebagai hal yang melampaui batas. Adakah kelompok Islam Liberal ingin menandingi Allah?
“Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, `Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara.” [An Nisaa’:171]
Allah menyatakan bahwa orang-orang yang tidak mau beriman kepada ajaran Nabi Muhammad / Islam sebagai kafir dan akan dimasukkan ke neraka:
“Orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata, (yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al Qur’an), di dalamnya terdapat (isi) kitab-kitab yang lurus.
Dan tidaklah berpecah belah orang-orang yang didatangkan Al Kitab (kepada mereka) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata.
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.
Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.
Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga `Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” [Al Bayyinah 1-8]
http://media-islam.or.id/2007/10/16/islam-liberal-wihdatul-adyan-bertentangan-dengan-al-qur%E2%80%99an/
Dalam beberapa hal, kaum Islam Liberal kerap bertentangan dengan mayoritas ummat Islam seperti MUI, NU, Muhammadiyah, dsb.
Sebagai contoh, saat ummat Islam memperjuangkan RUU Anti Pornografi, bersama kaum Non Muslim kaum Islam Liberal ini menentangnya.
Sebagai contoh, saat ummat Islam memperjuangkan RUU Anti Pornografi, bersama kaum Non Muslim kaum Islam Liberal ini menentangnya.
Bahkan ada satu tokoh Islam Liberal yang mendukung Pelacuran. Selama pelacur itu dibayar, itu tidak masalah bagi dia. Tapi jika ada yang tidak membayar Pelacur, baru Negara boleh mengaturnya, begitu tulisnya.
Padahal Allah melarang keras zina/pelacuran. Bahkan mendekatinya pun tidak boleh!
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” [Al Israa’:32]
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” [Al Israa’:32]
Musdah Mulia satu tokoh Islam Liberal yang jadi dosen di Universitas Islam Negeri Hidayatullah menyatakan bahwa Islam tidak melarang homoseks. Homoseks itu HALAL, katanya.
http://kabarislam.wordpress.com/2010/09/14/musdah-mulia-homoseks-tidak-dilarang-islam
Padahal di Al Qur’an Allah melaknat kaum Luth yang melakukan homoseks dan lesbian sehingga menyiksa mereka hingga mati!
“Ketika Luth berkata kepada kaumnya: “Sesungguhnya kamu benar-benar mengerjakan perbuatan yang amat keji yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun dari umat-umat sebelum kamu. Apakah sesungguhnya kamu patut mendatangi laki-laki (homosex), menyamun dan mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuanmu? Maka jawaban kaumnya tidak lain hanya mengatakan: “Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.” [Al 'Ankabuut 28-29]
“Dan Kami mengutus Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?”
Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. ” [Al A'raaf 81-82]
Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. ” [Al A'raaf 81-82]
“Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah itu sedang kamu memperlihatkan(nya)?”
“Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu (mu), bukan (mendatangi) wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu).”
Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan: “Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (menda’wakan dirinya) bersih.”
Maka Kami selamatkan dia beserta keluarganya, kecuali isterinya. Kami telah mentakdirkan dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). ” [An Naml 54-57]
Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan: “Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (menda’wakan dirinya) bersih.”
Maka Kami selamatkan dia beserta keluarganya, kecuali isterinya. Kami telah mentakdirkan dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). ” [An Naml 54-57]
Saat Majelis Ulama Indonesia (MUI) berfatwa tentang kesesatan Ahmadiyah karena mereka menganggap ada Nabi setelah Nabi Muhammad, yaitu Ghulam Mirza Ahmad, kaum Islam Liberal menentang Fatwa MUI tersebut sambil melecehkan dan mendiskreditkan MUI.
http://media-islam.or.id/2007/09/26/fatwa-mui-ahmadiyah-qadiyan-sesat
Padahal mayoritas ulama Islam di seluruh dunia sudah berfatwa bahwa Ahmadiyah itu sesat. Rabithah Alam Islami (Liga Muslim Dunia) juga berfatwa Ahmadiyah sesat:
http://media-islam.or.id/2007/09/26/fatwa-liga-muslim-dunia-ahmadiyah-sesat
Di Pakistan dan Inggris Ahmadiyah dikelompokkan sebagai agama tersendiri. Agama Ahmadiyah. Bukan Islam. Sementara di Arab Saudi dan Iran dilarang sama sekali.
Paling tidak ada 17 dalil tak ada Nabi baru setelah Muhammad.
1. QS AL AHZAB 40: ” Bukanlah Muhammad itu bapak salah seorang laki-laki di antara kamu tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup Nabi-nabi”
2. Imam Muslim dan yang lainnya meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Perumpamaan saya dan para Nabi sebelum saya seperti orang yang membangun satu bangunan lalu dia membaguskan dan membuat indah bangunan itu kecuali tempat batu yang ada di salah satu sudut. Kemudian orang-orang mengelilinginya dan mereka ta’juk lalu berkata: ‘kenapa kamu tidak taruh batu ini.?’ Nabi menjawab : Sayalah batu itu dan saya penutup Nabi-nabi”
3. Imam Muslim juga meriwayatkan dari Jubair bin Mut’im RA bahwa Nabi SAW bersabda:
“Sesungguhnya saya mempunyai nama-nama, saya Muhammad, saya Ahmad, saya Al-Mahi, yang mana Allah menghapuskan kekafiran karena saya, saya Al-Hasyir yang mana manusia berkumpul di kaki saya, saya Al-Aqib yang tidak ada Nabi setelahnya”
4. Abu Daud dan yang lain dalam hadist Thauban Al-Thawil, bersabda Nabi Muhammad SAW:
“Akan ada pada umatku 30 pendusta semuanya mengaku nabi, dan saya penutup para Nabi dan tidak ada nabi setelahku”
Baca selanjutnya di:
http://media-islam.or.id/2007/09/27/dalil-nabi-muhammad-nabi-terakhir
Tidak jarang karena ulah segelintir orang, kaum Islam Liberal menempelkan stigma teroris, anarkis, fundamentalis pada ummat Islam.
Mereka juga mengolok-olok ummat Islam yang mengikuti ayat-ayat Al Qur’an yang jelas (Muhkamaat) sebagai “Pemuja Teks.” Padahal Al Qur’an itulah pedoman kita. Bukan hawa nafsu mereka.
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa[“ [Al Baqoroh 2]
“Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.” [Ali ‘Imran 7]
Kaum Liberal menganggap semua agama benar dan kita tidak boleh menyatakan agama lain atau aliran sesat sebagai sesat. Padahal itu bertentangan dengan Al Qur’an:
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [Al Baqarah:256]
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [Al Baqarah:256]
“Katakanlah: “Hai orang-orang kafir! Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah” [Al Kaafiruun 1-2]
Menurut paham Liberal sebagaimana dinyatakan satu tokohnya, Abd Moqsith Ghazali, yang punya otoritas menyatakan paham ini sesat atau bukan hanya Allah. Ummat Islam, termasuk MUI, Muhammadiyyah, dsb tidak bisa menyatakan paham ini sesat atau tidak.
Itu kontradiktif sekali dengan sikap mereka yang menganggap paham mereka benar sedang paham Islam yang lain sebagai Fundamentalis, dsb.
Manusia memang tidak bisa mengatakan ini sesat dan ini bukan. Tapi Allah memberi kita petunjuk berupa Al Qur’an dan Rasul-rasul seperti Nabi Muhammad untuk menjelaskan mana yang benar dan mana yang salah. Mana yang hak dan mana yang sesat.
Manusia diberi akal oleh Allah sehingga bisa menentukan mana yang benar dan mana yang salah. Sebagai contoh, saat seorang guru memberi soal kepada muridnya, maka guru tersebut bisa menilai jawaban mana yang benar dan yang salah. Misalnya dari 10 soal ada 8 jawaban yang benar sementara 2 jawaban salah. Si guru segera memberi tanda jawaban mana yang benar dan yang salah. Murid yang baik adalah murid yang tahu jawaban mana yang benar dan yang salah. Jika murid tersebut tetap tidak tahu mana yang benar dan yang salah, maka dia bisa salah terus seumur hidupnya. Aneh!
Membunuh tanpa sebab yang benar, merampok, memperkosa, dsb adalah salah. Hakim juga begitu. Dengan menggunakan akal dan bukti-bukti, seorang hakim bisa menentukan terdakwa salah atau tidak bersalah. Kalau cuma berdalih cuma Allah yang bisa menentukan sesuatu benar atau salah, tidak perlu hakim di bumi ini.
Kalau orang tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah, maka dia bisa terjebak dalam kesalahan tanpa tahu dirinya salah. Kalau orang tidak tahu mana yang sesat dan mana yang benar, maka dia bisa terjebak dalam kesesatan tanpa tahu dirinya sesat.
Oleh karena itulah Allah menurunkan Al Qur’an sebagai petunjuk bagi orang yang bertakwa. Orang yang benar.
“Kitab Al Quran ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” [Al Baqarah 2]
Dalam ayat-ayat berikutnya Allah menjelaskan ciri-ciri orang yang takwa/benar:
“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung” [Al Baqarah 3-5]
Dari situ kita tahu orang yang benar itu beriman kepada yang ghaib (Allah, Malaikat, Akhirat, dsb), mengerjakan shalat, bersedekah, serta beriman kepada Al Qur’an. Kalau tidak begitu, berarti dia sesat. Itu baru satu contoh petunjuk dari Al Qur’an.
Begitulah beberapa kesesatan dari paham Islam Liberal. Semoga kita dan keluarga kita tidak terjerumus ke dalamnya.
salam_sitijamilahamdi
Mohon disampaikan, dan sebarkan kepada yang lain.
Wassalamu’alaikum wr wb
Wassalamu’alaikum wr wb
0 komentar
Posting Komentar