Tampilkan postingan dengan label pendidikan anak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pendidikan anak. Tampilkan semua postingan

“We would like our students to be able to communicate in Hebrew, more importantly, we should try to allow them a life-long access to the stories and ideas of the Bible and the Rabbinic texts to the prayers.”

Kata-kata di atas berasal dari tulisan Rahel Halabe yang berjudul “Is Hebrew a ‘Second Language’ for our Children?”. Rahel Halabe adalah seorang praktisi pendidikan Bahasa Ibrani yang terkenal di kalangan Yahudi dan menulis sebuah pengantar bahasa Ibrani yang berjudul “The Introduction to Biblical Hebrew the Practical Way“. Uniknya, mayor pendidikan Halabe justru Sastra dan Bahasa Arab di Hebrew University, Israel.


TARBIYAH ASKARIYAH, melalui game...

Diposting oleh fajar islami | 22.28 | | 0 komentar »

 




Suatu hari sepulang sekolah, seorang anak yang baru berusia duabelas tahun, sebut saja Umar, mengajukan pertanyaan kepada ayahnya. “Ayah, kenapa pasukan khusus selalu bergerak dalam formasi empat orang dalam satu unit operasinya?”

Sang ayah tidak segera menjawab, malah balik bertanya, “Kamu tahu darimana hal itu?” 

Dengan wajah serius Umar menjawab, “Desert Storm, First to Fight, dan Ghost Recon…”

Sang ayah tahu, itu adalah judul-judul game FPS (First Person Shoter). FPS adalah salah satu genre game dimana pemain seolah menjadi orang pertama yang terlibat dalam permainan tersebut. Sedangkan Desert Strom, First to Fight, dan Ghost Recon merupakan FPS game dimana pemainnya menjadi anggota dari sebuah unit pasukan khusus dengan berbagai macam misi operasi. Sang pemain bisa menjadi rifleman, sniper, pendukung, atau medic.

Sang ayah mengangguk dan menyuruh Umar agar duduk untuk mendengarkan jawabannya. 

Bakti Ulama kepada Ibunda Mereka

Diposting oleh fajar islami | 22.15 | | 1 komentar »



Menghormati orangtua sangat ditekankan dalam Islam. Banyak ayat di dalam Al-Qur’an yang menyatakan bahwa segenap mukmin mesti berbuat baik dan menghormati orangtua. Selain menyeru untuk beribadah kepada Allah semata, tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun, Al-Qur’an juga menegaskan kepada kaum beriman untuk menunjukkan rasa syukur kepada Allah dengan menghormati keduanya.
Dan Islam memberikan penghormatan dan kedudukan yang amat tinggi kepada para ibu. Seseorang yang menghormati ibunya akan ditempatkan di surga, sedangkan anak yang durhaka kepada ibunya akan ditempatkan pada posisi terhina.



abi...! aqyu poto dullu yaa...

Oleh Fatimah Ali Salsabila

Dering SMS menyapa kotak kecil telekomunikasiku. Isinya Dari Anas Radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Kaum wanita datang menghadap Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bertanya: “Ya Rasulullah, kaum pria telah pergi dengan keutamaan dan jihad di jalan Allah. Adakah perbuatan bagi kami yang dapat menyamai ’amal para mujahidin di jalan Allah?” Maka Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Barangsiapa di antara kalian berdiam diri di rumahnya maka sesungguhnya ia telah menyamai ’amal para mujahidin di jalan Allah.” (HR Al-Bazzar)

Perlahan kubaca tiap baitnya, dan terpaku pada satu bait “Barangsiapa di antara kalian berdiam diri di rumahnya maka sesungguhnya ia telah menyamai ’amal para mujahidin di jalan Allah.” Sebenarnya saya sudah pernah mendengar hadits ini, tapi entah kenapa mataku terpaku pada kata-kata berdiam diri di rumah. Pikiranku penuh sesak dengan pertanyaan-pertanyaan, bahkan teman yang kutanyakan tak mampu “memuaskan” rasa penasaranku. Tiba-tiba teringat kisah para sahabiyah, hei lihatlah, disana ada ummu Khadijah, istri tercinta baginda Rasul, beliau seorang pengusahawati yang kemudian ketika menikah dengan Rasulullah menjadi seorang istri yang sangat sangat shalihah, ada juga ummu Nusa’ibah binti Ka’ab, seorang muslimah pejuang pemberani dari kalangan Anshar dan beliau jago beladiri. Beliau-beliau adalah contoh seorang istri yang sholihah dan berarti tidak diam di rumah saja kan. Begitu pikiranku saat itu.

Keesokan harinya, Allah menuntunku menemukan jawaban atas segala kegelisahanku. Disebuah acara seputar otak anak. Garis besar dari acara itu adalah jika sepasang suami istri ingin mendapatkan anak yang sholeh maka kitanya juga harus sholeh dan terdidik, makna terdidik disini bukan berarti pendidikan formal semata, orangtua yang baik harus mengetahui bagaimana mendidik anak yang baik jadi minimal tahu ilmu seputar pendidikan anak.

Loh lalu apa kaitannya dengan otak? ternyata anak-anak yang terdidik dilahirkan dari orangtua yang mengasuh dirinya dengan benar. Banyak contoh di sekitar kehidupan kita, ibunya tidak bekerja alias hanya ibu rumah tangga tapi anaknya akhlaknya kurang baik, kenapa bisa begitu? ternyata pola asuhnya yang salah. Ibu kurang dalam mengasuh anaknya, anak tidak hanya cukup sandang pangannya saja tapi otaknya juga harus bagus. Semenjak janin dalam kandungan seharusnya calon anak harus banyak berinteraksi yang baik dengan kedua orangtuanya. Ibu hamil harus lebih sering mengelus perutnya sebagai wujud rasa sayang pada buah hati, pun begitu dengan bapak, dia juga harus berkomunikasi mengucapkan salam, mendo’akan anaknya. Saat hamil, seorang ibu lebih baik sering tilawah dan memperdengarkan al-Qur’an yang direkam menggunakan suara Ibu sendiri lalu diperdengarkan kepada anaknya karena hal itu sangat merangsang otak calon buah hatinya. Subhanallah, lebih baik dan lebih bagus dari sekedar mendengarkan musik klasik.

Subhanallah, ternyata perkembangan otak anak itu dimulai sejak dalam kandungan. Ibu adalah madrasah bagi anak-anaknya dan benarlah bahwa anak sudah harus disekolahkan sejak dalam kandungan.

Banyak perkara-perkara yang bisa merusak otak anak, ditengah zaman yang penuh fitnah ini, zaman yang semakin “liar” dan mulai tidak berperasaan. Diantara perkara itu adalah penggunaan narkotika (narkoba dan zat adiktif lainnya), anak yang sering dimarahi atau dikasari Ibunya, tayangan-tayangan televisi yang tidak mendidik yang mengandung unsur pornografi dan pornoaksi dan ternyata pornografi dan pornoaksi inilah yang jahat sekali pada otak anak-anak, lebih jahat dari narkoba karena dia benar-benar merusak otak dan perilaku anak. Jangan heran jika kita melihat di televisi ada anggota dewan yang terhormat berkata yang tidak patut, tidak sopan dan tidak berpendidikan, bisa jadi otaknya sudah terkontaminasi dengan hal-hal yang kurang baik yang menciutkan otaknya.

Sekarang aku paham dan mengerti kenapa seorang Ibu adalah madrasah bagi anaknya. Ibu yang terdidik (dibantu oleh suaminya yang terdidik juga) saling bahu-membahu mendidik dan membesarkan anak. Apalah artinya gaji besar tapi anak terlantar. Aku juga tidak menafikan kebutuhan ekonomi, hanya disini kita harus lebih jeli bahwa anak adalah asset paling berharga yang kita miliki, karena bukan harta yang banyak yang akan menolong kita nanti di pengadilan Allah, tapi do’a anak yang sholeh-lah yang bisa meringankan dosa-dosa kita. Yakinlah akan pertolongan Allah. Jadi mari perbaiki otak kita agar kita nantinya bisa lebih siap mendidik anak-anak kita.

Segala puji bagi Allah, kita memuji, memohon pertolongan, serta ampunanNya.

Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan nafsu-nafsu kita dan dari kejahatan amal perbuatan kita. Barangsiapa yang ditunjuki oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah maka tak seorangpun yang bisa menunjukinya.

(Semoga ku bisa mengamalkannya nanti, amin)

Sumber : tulisan Fatimah Ali Salsabila
Foto : mbah gugel

hei..hei.. ntu mainan aqyu...
yyy.. pi pala-mu guede piiccaann..euy,
horreee... aku dipoto.....!
ma ummii dulluuu... ummi ja belom bagusss mahroj-nya....(kt calon hafizh)

haiii....jalan ke masjid ? ikutin kami yaa...
"..bismillahir rohmanir rohiim... tabarokkal ladzi biyadihil mulku wahuwa 'ala kulli syai in qodiir...."
o..oi.., alif ba ta dulu... kalau mau ngaji..hahaha

"coba ya ikutin.. : a'udzubillahi minasy syaiton nir rojiim...."
dhuuhhh..mesti hapal i juz nih selama ramadhon.. yuukkk bareng2 biar semangat2..
alif lamm mimm...dzalikal kitabbula roiba fiih...

allohummagh firli waliwa lidayya warham huma kamaa robbayani shoghiroo...
ummi..abii... kami mau k masjid dulu yaa..
satu2 aku sayang Allah.. dua2 sayang Rosulullah.. tiga2 sayang ayahbunda.. 123 sayang semuanya...

"Saya bersaksi tidak ada tuhan yg berhak disembah kecuali Allah, dan sy bersaksi bahwa Nabi Muhammad sholallahu 'alaihi wassalam itu utusan Allah..."

wassalam,

dari berbagai sumber, termasik gugel, fliker dll

Saudaraku, JAGALAH PUTRIMU.....!

Diposting oleh fajar islami | 09.59 | | 0 komentar »


Oleh : Muhammad Sarbini MHI


mempunyai anak yg sholehah adalah dambaan semua orang tua...


Saudaraku yang budiman…
Alloh berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahriim [66]: 6)

Ibnu `Abbas rda berkata:
“Didik dan ajarkanlah ilmu kepada mereka”.

Qotadah rhm mengatakan:
“Memerintahkan mereka untuk ta`at kepada Alloh, melarang mereka dari berma`siat kepadaNya, menegakkan perintah Alloh terhadap mereka dan memerintahkan, mendukung dan memebantu mereka untuk menegakkannya”.

Ad-Dohhak dan Muqotil bin Hayyan rhm berkata:
“Seorang muslim wajib mengajarkan keluarganya, kerabat, budak perempuan dan laki-lakinya tentang apa saja yang difardhukan dan dilarang oleh Alloh Swt”.

Ayat ini menegaskan amanah yang diemban di pundak-pundak kaum mukminin yaitu memelihara dan menjaga diri serta keluarga tercinta dari jilatan api neraka. Amanah ini berarti mewajibkan kita semua mendidik istri-istri, putra dan putri kita semua di bawah naungan Islam. Kita wajib menjaga dan memelihara mereka dari semua konsep, pandangan, perkataan dan perbuatan yang menjerumuskan mereka ke api Jahannam.



Saudaraku yang budiman…

Pemberian sebesar apapun harta untuk istri, putra dan putri kita tidak sama sekali bisa menyelamatkan mereka dari api Jahannam, jika bukan Tauhid dan Sunnah yang kita didik bagi mereka. Sebesar apapun bekal ilmu-ilmu sosial/duniawi, keahlian kerja apapun untuk istri, putra dan putri kita tidak sama sekali dapat memasukkan mereka ke dalam syurga jika bukan iman dan amal sholih yang tumbuh di jiwa dan raga mereka.

Semua tiada guna, semua tiada harga, semua hanya kepuasan palsu di dunia fana, yang sebentar lagi akan lenyap kita tinggalkan tanpa sisa.

Rasululloh bersabda,

يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ أَنْقِذُوْا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ يَا مَعْشَرَ بَنىِ كَعْبٍ أَنْقِذُوْا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ يَا فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ أَنْقِذُوْا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ فَإِنِّى وَاللهِ لاَ أَمْلِكُ لَكُمْ مِنَ اللهِ شَيْئًا إِلاَّ أَنَّ لَكُمْ رَحِمًا سَأَبُلُّهَا بِبَلَلِهَا

“Hai kaum Quraisy, selamatkanlah diri-diri kalian dari api neraka. Hai Bani Ka’ab selamatkan diri kalian dari api neraka, Hai Fathimah putri Muhammad selamatkan dirimu dari api neraka. Demi Alloh, sesungguhnya aku tidak sanggup membela kalian sedikitpun di sisi Alloh, kecuali hanya sekedar hubungan rahim yang memberikan kesejukan sekejap saja…..” (HR. Bukhori dan Muslim)

Hubungan kekerabatan kepada makhluk yang mulia saja tidak dapat menyelematkan keluarga Rosululloh saw dari api neraka, bagaimana pula dengan kita yang sama sekali tidak terkait dengan hubungan kemuliaan apapun, kecuali taqwa, iman dan amal sholih kita? Marilah kita merenungkan kehidupan kita yang sesungguhnya.


Saudaraku yang budiman…

Marilah kita renungkan sejenak tentang putri kita khususnya. Mencari dan memilih sarana pendidikan yang akan menghantarkan putri-putri kita ke dalam syurga dan menjaga mereka semua dari api neraka adalah kewajiban kita. Sarana pendidikan yang mengajarkan kemurnian Islam, Tauhid dan Sunnah Nabi yang mulia. Bukan sekedar wahana pendidikan yang mengarahkan mereka untuk memeras keringat mencari kerja, bukan pula mengejar ijazah menjadi sarjana (selembar kertas prestise) duniawi belaka. Bukan pula hanya meraih prestasi duniawi (seperti cerdas berbahasa Inggris, Ahli Kimia, Biologi, Matematika dan lain-lain)

Jawablah dengan iman Anda, jika bisikan syaithon mengatakan “Putri-putri kita pun butuh pekerjaan yang akan mendukung nafkah kehidupan mereka, saat kita telah tiada ?”. Ya butuh tapi syaithon bukan sedang membisikkan kita butuh pekerjaan untuk nafkah putri-putri kita, tapi menjadikan tujuan kehidupan asasi yang dipertuhankan. Bukankah demi sebuah pekerjaan mancari nafkah, perintah-perintah dan larangan-larangan Alloh pun siap dilanggar dan ditinggalkan karena menjadi penghalang ? Bahkan kita buat seribu dalih kesulitan dan kedarurotan untuk lepas dari dosa yang kita lakukan ? Padahal putri-putri kita dapat bekerja tanpa melanggar perintah dan larangan Alloh . Menjadi guru wanita, menjadi penulis produktif, menjadi konsultan kaum wanita dan lain-lain. Bahkan menjadi iburumah tangga yang akan menjadi madrasah generasi anak cucu yang mulia. Kita tinggalkan pengabdian itu semua demi harta yang ditelan perut dan dilapukkan tubuh dalam hitungan detik waktu padahal Alloh berfirman,

meretas generasi rabbani....

• •

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Alloh dialah Maha pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” (QS. Adz Dzariyaat [51] : 56-58)

Menegaskan ayat ini, Rosululloh saw bersabda:
يَاابْنَ آدَمَ تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِي أَمْلأُ صَدْرَكَ غِنًى وَأَسُدُّ فَقْرَكَ وَإِلاَّ تَفْعَلْ مَلأْتُ صَدْرَكَ شُغْلاً وَلَمْ أَسُدَّ فَقْرَكَ

“Hai anak Adam… Penuhilah hidupmu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku akan penuhi jiwa kekayaan dalam dadamu dan aku tutup kefaqiranmu. Jika engkau tidak mau melakukannya, niscaya Aku penuhi jiwamu dengan kesibukan dan tidak Aku tutup kefaqiranmu”. (Hr. Tirmidzi dengan sanad yang hasan).

Jawablah dengan iman Anda, jika was-was syaithon mengatakan “Bukankah anak-anak kita pun butuh sarana pendidikan yang nyaman dan representatif ?”. Ya betul..tapi syaithon bukan sedang membisikkan kita tentang sarana yang nyaman dan representatif semata, tetapi dia hendak membuat kita menjadikan itu semua sebagai suatu prinsip pendidikan putri-putri kita. Apapun demi sarana yang nyaman dan representatif kita lakukan, sampai-sampai harus meninggalkan toleransi kepada ketidak murnian agama sekalipun, dengan mentoleransikan sedikit kesyirikan, kebid’ahan, atau kemaksiatan, bercampur baur laki-laki dan wanita didalamnya pun. Sama sekali tidak terpikirkan oleh kita bahwa tempat kembali putri-putri kita di akhirat jika semua itu disepelekan adalah lebih perih dan lebih sedih dari tempat pendidikan yang kita bayangkan tidak nyaman, tapi mengajak kemurnian Islam.
Alloh berfirman,

• • •

“Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat". ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. Bagi mereka lapisan-lapisan dari api di atas mereka dan di bawah merekapun lapisan-lapisan (dari api). Demikianlah Allah mempertakuti hamba-hamba-Nya dengan azab itu. Maka bertakwalah kepada-Ku Hai hamba-hamba-Ku.” (QS. Az Zumar [39] : 15-16)

Yang dimaksud “orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat” adalah bahwa di akhirat kelak mereka sama sekali tidak memiliki hubungan, diri mereka sendiri di neraka sedangkan keluarga mereka di dalam surga atau seluruhnya mereka di dalam nekara.

Jawablah dengan iman anda, jika syaithon membisikkan “Bukankah anak-anak kita saat ini membutuhkan ijazah pendidikan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi ?

Ya betul…tapi semua itu sebenarnya hanyalah tipu daya syaithon palsu dalam menjebak manusia di alam pertempurannya dengan antek-antek syaithon itu sendiri. Berapa banyak pekerjaan tidak menampung orang-orang yenga berijazah? Berapa banyak orang-orang yang berijazah tak bisa melanjutkan studi ke jenjang selanjutnya? Berapa banyak orang-orang yang berijazah telah menjadi rampok-rampok masyarakat? Berapa banyak orang-orang yang berijazah telah menjadi para pelacur dunia? Dan masih banyak yang lainnya. Cerdaskah? Bahagiakah? Senangkah? Atau sebaliknya. Apalagi kalau itu dijadikan rasa takut untuk anak-anak putri kita seakan sebuah keniscayaan untuk bisa hidup di alam dunia. Ingatlah hanya dengan kesolehan kita dan seluruh keluarga kita yang dapat menghantarkan kita ke dalam ampunan Alloh Swt dengan memasuki Surga `Adn. Alloh Swt sampai-sampai bercerita bahwa para Malaikat mulia pemikul `ArsyNya mendoakan orang-orang yang beriman dan keluarga-keluarga mereka.

Alloh Swt berfirman:

"(Malaikat-malaikat) yang memikul 'Arsy dan malaikat yang berada di sekililingnya bertasbih memuji Rabbnya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan):"Ya Rabb kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang bernyala-nyala, ya Rabb kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga 'Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan.Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar". (QS. al-Mu`min [40]:7-9)

Rosululloh saw dengan sangat tegas bersabda:

إِحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ إِحْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ

“Jagalah Alloh, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Alloh, niscaya engkau akan dapati Alloh ada di hadapanmu”. (Hr. Bukhori dan Muslim)


lihatlah ketika bunga telah mekar...
betapa indahnya...
harum semerbak, mewangi....

Ingatlah saudaraku… Saatnya kita jangan salah pilih untuk pendidikan anak-anak kita, terutama putrid-putri kita tercinta. Jangan terjebak oleh rayuan dunia yang sangat sempit, singkat dan fana. Hanya dengan mendidik mereka dalam kemurnian, kemurnian tauhid yang hanya beribadah kepada Alloh Swt dengan benar, hanya dengan amal sholih yang mencontoh seluruh kehidupan Rasulullah saw dan para sohabatnya, niscaya kehidupan kita akan bahagia dunia dan akhirat. Jangan sekedar memandang tempat yang nyaman dan representafif, jangan hanya mengejar ujian nasional yang sukses, jangan hanya menilai kecerdasan ilmu-ilmu duniawi dan jangan hanya bercita-cita menutupi perut atau tempat tinggal buat orang-orang yang kita cintai.

wabillahi taufik wal hidayah,

Recent Readers